MOHON DO'A RESTU DAN DUKUNGAN, segera diresmikan Operasioanl Kampus Anak Yatim & Dhuafa Yayasan Afief Dimyathi Bandarlampung pada 10 Muharram 1434 H.

Kamis, 04 Oktober 2012

Menggugah Kepedulian terhadap Anak Yatim

Oleh : Muhammad Atim
(kayfa-yadi) : Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang dan menjadikan agama-Nya sebagai rahmatan lil'alamin, memberikan perhatian khusus terhadap anak-anak yatim. Hal itu dapat kita temui dalam banyak ayat dan hadits yang mengupas masalah tersebut. Sedemikian pentingnya memperhatikan anak-anak yatim, Allah Swt. dengan tegas mengklaim orang-orang yang tidak peduli terhadap mereka sebagai orang-orang yang mendustakan agama. Betapa tidak, mereka adalah manusia lemah yang ditakdirkan Allah tanpa kasih sayang seorang ayah, padahal ayahlah tulang punggung keluarga yang berkewajiban mengarahkan dan memberikan nafkah untuk hidup mereka.

Definisi Yatim
Siapakah anak yatim itu? Muhammad Mustafa Al-Maraghi dalam tafsirnya menyebutkan bahwa yatim adalah :
انقطاع الصبي عن أبيه قبل البلوغ
"Anak yang ditinggal mati oleh ayahnya dalam keadaan belum baligh".
Hal ini senada dengan sabda Rasulullah Saw. yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib ra, “Tidak disebut yatim kalau (ditinggal mati oleh ayahnya) dalam keadaan sudah dewasa”.
Sampai usia berapakah seseorang dikategorikan yatim? Dalam QS. An-Nisa [004] Ayat 6 ada ungkapan : “Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk menikah”. Kalimat “cukup umur untuk menikah” pada ayat ini menggambarkan bahwa seseorang tidak lagi dikatakan yatim apabila sudah mampu hidup mandiri. Dengan demikian, tidak ada batasan umur yang definitif, berapapun usianya, kalau sudah bisa hidup mandiri, tidak disebut yatim.
Apabila kita tidak  memiliki kepedulian untuk merawat, mencintai, memuliakan, dan mendidik anak yatim, bahkan menghardik dan menistakannya, Allah swt. mengklasifikasikan kita sebagai orang yang mengingkari agama. Ayat ini menggambarkan bahwa keberagamaan seseorang tidak hanya diukur dari aspek ritual formal seperti shaum dan shalat, tapi harus diimplementasikan pada tataran kehidupan sosial. Salah satu implementasinya adalah ikut memperhatikan nasib anak-anak yatim.
 
Keutamaan Mengurus Anak Yatim
Anak yatim wajib diperlakukan secara hormat, dicintai serta dimuliakan. Orang yang  mau merawat anak yatim dengan penuh cinta akan mendapatkan penghargaan besar dan kemuliaan, diantaranya :
  1. Menyantuni anak yatim adalah salah satu sifat Al-Abror (orang yang gemar berbuat kebajikan) yang akan dijaga oleh Allah Swt. dari berbagai kesusahan di hari kiamat dan diberikan kegembiraan dan kenikmatan-keinkmatan surga, sebagaimana tergambarkan dalam firman Allah Subhanahu Wata'ala : "Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. (seraya mereka berkata) 'Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya kami takut akan siksa Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan, Maka Allah memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan (Allah) memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera. Di dalamnya mereka duduk bertelakan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang sangat. Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya. Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca. (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya. Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe. (Yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil. Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka, mutiara yang bertaburan. Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam keni'matan dan kerajaan yang besar. Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih. Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan)". (Qs. Al-Insan : 8-11).
  2. Bersama Rasulullah di dalam surga sebagaimana sabda beliau, “Saya dan orang yang merawat anak yatim dengan baik akan berada di surga bagaikan dekatnya jari telunjuk dengan jari tengah”. (HR. Muslim). Dalam hadits lain disebutkan, “Pengasuh anak yatim, baik masih ada hubungan nasab atau orang lain, akan bersamaku di surga, dekatnya bagaikan jari telunjuk dan jari tengah". (HR. Muslim).
  3. Melembutkan hati yang keras, hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata : Sesungguhnya seseorang datang mengadu kepada Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam atas keras hati yang dialaminya, beliau bersabda : "Usaplah kepala anak yatim dan beri makanlah orang-orang miskin". (HR. Ahmad).

Hak-hak Anak yatim
  1. Merawat dan bergaul dengan mereka secara baik, Allah Subhanallahu wata'ala berfirman : "Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah: Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik dan jika kalian bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu". (Qs. Al Baqoroh : 220);
  2. Menjaga harta mereka hingga baligh, kemudian menyerahkannya ketika mereka sudah mencapai usia nikah atau baligh. Allah Subhanallahu wata'ala berfirman : "Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya, dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan (dan janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. Barangsiapa (diantara pemelihara itu mampu, maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa miskin, bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka, dan cukuplah Allah sebagai pengawas (atas persaksian itu)". (Qs.An Nisa : 6)

Ancaman bagi orang yang mengabaikan hak-hak anak yatim
  • Orang yang mengabaikan hak-hak anak yatim baik dengan cara menzaliminya atau tidak mengurusinya adalah pendusta terhadap agama, Allah Swt. berfirman yang artinya : "Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim". (Qs. Al Maa'un : 1-2 ). Imam Ibnu Katsir Rahimahullah berkata: "menghardik anak yatim adalah dengan cara memaksanya, menzalimi haknya, tidak memberi makanan dan tidak berbuat baik kepadanya".
  • Orang yang memakan harta anak yatim secara zalim termasuk salah satu dosa besar, Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda : "Jauhilah oleh kalian tujuh dosa yang menghancurkan (amal sholeh)", mereka bertanya : Wahai Rasulullah dosa apakah itu? Beliau menjawab : "Mempersekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan hak, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan perang, menuding zina perempuan mukmin yang terjaga". (HR. Bukhari-Muslim).
  • Orang yang memakan harta anak yatim dengan cara zalim adalah bagaikan orang yang menelan api dan Allah akan memasukkannya ke dalam neraka, Allah Subhanallahu wata'ala berfirman : "Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk kedalam api yang menyala-nyala (neraka)". (Qs. An-Nisa : 10).
Demikianlah pembahasan singkat seputar anak yatim, semoga dapat menggugah kita untuk lebih peduli terhadap anak-anak yatim dengan memperhatikan dan memberikan kasih sayang yang lebih terhadap mereka. Wallahu A'lam.

sumber : http://www.yayasanumiayat.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kalimat (komentar) yang baik dan membangun adalah shadaqoh....